Sejarah Desa Tajinan

1. ASAL USUL DESA

Pada zaman kerajaan Singasari dimasa pemerintahan Anusapati tempat ini sudah dikenal dikalangan pejabat dan masyarakat waktu itu sebagai tempat untuk TAJENAN (Sabung ayam yang menggunakan sejenis pisau kecil bermata dua yang dipasang dengan cara mengikat pada salah satu kaki ayam yang akan diadu). Walaupun pada waktu itu tempat ini merupakan hutan belantara tetapi pada kurun waktu tertentu selalu didatangi oleh beberapa kalangan tertentu untuk melakukan sabung ayam.

Seiring dengan jatuhnya Anusapati sebagai Raja Singasari yang dibunuh oleh Tohjoyo, kebiasaan sabung ayam ditempat ini terus berlanjut, termasuk sang Raja Tohjoyo sendiri yang juga datang untuk mengadu ayam jagonya.

Setelah Singasari jatuh, kerajaan-kerajaan islam semakin berkembang antara lain Giri Kedaton, Demak Bintoro dan Mataram.

Pada suatu riwayat diceritakan bahwa datanglah kakak beradik yang berasal dari Mataram. Sang kakak bernama Dipoyono dan adiknya bernama Saleh. Dari sinilah cikal bakal berdirinya satu perkampungan ditempat para pejabat Singasari yang melakukan sabung ayam. Ki Dipoyono membabat belantara untuk dijadikan pemukiman dan bercocok tanam yang kemudian diberi nama “TAJENAN” dan pada perkembangannya disebut DESA TAJINAN. Selain sebagai tokoh Masyarakat Ki Dipoyono merupakan seorang Ulama’ yang sengaja membuka belantara untuk pemukiman sambil mensyiarkan agama islam. Beliau dengan sabar dan sangat hati-hati, penuh kebijaksanaan serta terlebih dahulu melakukan pendekatan terhadap semua lapisan masyarakat untuk memperkenalkan keluhuran budi pekerti seperti yang diajarkan islam. Sehingga sampai sekarang Desa Tajinan sudah berkembang dan menjadi desa Santri. Terbukti dengan banyak berdirinya Pondok Pesantren dan Tempat Pendidikan Alquran dengan para santri berasal dari dalam dan luar daerah yang sengaja untuk memperdalam ilmu agama ditempat ini.

Setelah Tajinan (Tajenan) berkembang Ki Dipoyono menyuruh saudaranya Ki Saleh untuk membabat hutan sebelah yang kemudian diberi nama Klagen. Nama ini berasal dari kata “Legen” (Minuman) karena ditempat ini banyak ditumbuhi pohon kelapa dan aren yang oleh penduduk setempat diambil niranya (jawa : Dideres) untuk dijadikan Legen. Kemudian Ki Saleh dijadikan tetua Kampung Klagen.

Dahulu antara Tajinan dan Klagen tidak jadi satu, masing-masing tempat berdiri sendiri dibawah tetua masing-masing. Tajinan dipimpin Ki Dipoyono dan Klagen dipimpin oleh Ki Saleh. Tetapi pada perkembangannnya Tajinan dan Klagen menjadi satu desa dan nama masing-masing tempat dijadikan nama dusun sampai sekarang yaitu Dusun Tajinan (Krajan) dan Dusun Klagen.

Sedangkan Dusun Baran berawal dari sekelompok masyarakat Tajinan (Krajan) yang memilih berpindah tempat untuk bercocok tanam (jawa : Boro), mereka berangkat pagi dan pulang kerumah bila hari sudah sore. Lama-kelamaan mereka merasa lebih ringan dan enak jika sapi (ternak) dan peralatan lainnya dibuatkan tempat ternak. Tetapi pada perkembangannya mereka memilih untuk tetap tinggal dan bermukim disana. Penduduk sekitar menamakan tempat itu dengan sebutan “Baran” yang artinya tempat Boro.

Pada masa Kepala Desa H. Achmad Damiri nama Baran diganti dengan nama “Karang Nongko” itu terjadi pada tahun 1990. Digantinya nama tersebut dengan pertimbangan didaerah Baran banyak sekali ditumbuhi pohon nangka, dan sampai sekarang walaupun sudah banyak yang ditebang dengan alasan kayunya untuk bahan bangunan, tetapi ditempat ini masih sebagai sentra penghasil buah nangka diwilayah Kecamatan Tajinan. Itu membuktikan masyarakat sudah peduli dengan reboisasi sebagai ganti pohon yang ditebang. Ironisnya sampai sekarang penanganan pasca panen buah nangka di Desa Tajinan masih memprihatinkan, masih perlu pemecahan baik dari warga desa sendiri maupun dari aparat dinas terkait, sehingga nasib petani khususnya didusun karang nongko bisa terangkat secara ekonomi dan kesejahteraannya.

Setelah terbentuknya Desa Tajinan, Pemilihan Kepala Desa pertama kali diadakan pada tahun 1942, dan yang terpilih menjadi Kepala Desa adalah Khalil dengan Carik Sarpani. Setelah masa jabatan Kepala Desa Khalil jabatan Kepala Desa diganti oleh Naserun dengan Carik Yasir. Carik Yasir menjabat dalam waktu 3 tahun, kemudian jabatan carik dipegang oleh Abdul Hamid. Tahun 1959 diadakan lagi pemilihan Kepala Desa dan berhasil memilih A.Syafi’i sebagai Kepala Desa Tajinan dengan Abdul Hamid sebagai Cariknya. Setelah masa jabatan berakhir A.Syafi’i digantikan anaknya yaitu A.Damiri sebagai Kepala Desa melalui pemilihan. Kepala Desa A.Damiri dibantu oleh Carik Abdul Hamid sampai tahun 1986 kemudian jabatan ini digantikan oleh Carik Noer Syafi’ sampai tahun 1999. Seiring dengan habisnya masa jabatan A.Damiri selama 2 periode, posisi Kepala Desa diisi oleh Noer Syafi’ melalui pemilihan. Kepala Desa Noer Syafi’ dibantu oleh Carik Moh.Shokheh sampai tahun 2007, setelah kepemimpinan Noer Syafi’ habis jabatan Kepala Desa Tajinan diisi oleh Sugeng S,Pd dibantu oleh Carik Zainul Arifin mulai tahun 2007 sampai 2013 dan pada periode 2013 sampai 2019 Jabatan Kepala Desa diisi oleh H.Isbandi dengan Carik Zainul Arifin sampai 2016 dan digantikan oleh Carik Ngateno sampai 2018, dan pada tahun 2019 Carik digantikan oleh M.Ulyah karena adanya perubahan Struktur Pemerintahan.

 

​​​​​​​2. SEJARAH TOKOH PEMIMPIN DESA

Kepempinan Kepala Desa Tajinan adalah sebagai berikut :

NO

NAMA

JABATAN

MASA BAKTI

PROSES

1

Khalil

Kepala Desa

1942 s/d 1951

Pemilihan

2

Naserun

Kepala Desa

1951 s/d 1959

Pemilihan

3

A.Syafi’

Kepala Desa

1959 s/d 1980

Pemilihan

4

Achmad Damiri

Kepala Desa

1980 s/d 1999

Pemilihan

5

Noer Syafi’

Kepala Desa

1999 s/d 2007

Pemilihan

6

Sugeng S,Pd

Kepala Desa

2007 s/d 2013

Pemilihan

7

H.Isbandi

Kepala Desa

2013 s/d 2019

Pemilihan

8

Ashadi

Kepala Desa

2019 s/d sekarang

Pemilihan